Perubahan Iklim yang Disebabkan oleh Kentut Sapi atau Dikenal dengan Sebutan Climate Change

- 23 April 2022, 09:53 WIB
Ilustrasi sapi
Ilustrasi sapi /Pixabay/TheDigitalArtist/

 

BeritaSampang.com - Kentut sapi ternyata bisa menyebabkan perubahan iklim atau climate change. 10 persen keseluruhan emisi gas dari Ketuntut sapi tersebut.

Sapi dalam penceranaannya memproduksi mikroba dikenal sebagai gas metana yang terdapat dalam hewan sapi.

Sebab terjadinya perubahan iklim atau climate change disebabkan oleh faktor Gas metana yang biasnya luput dari pengamatan.

Baca Juga: Penetapan Muhammadiyah Hari Raya Idul Fitri Jatuh Pada 1 Syawal 1443 Hijriah atau Senin 02 Mei 2022 Masehi

Seperti dilansir BeritaSampang.com dari PikiranRakyat.com berjudul, "Kentut Sapi Ternyata Pengaruhi Perubahan Iklim atau Climate Change"

Menurut penelitian, dibandingkan dengan gas karbon dioksida, gas metana punya kemampuan 85 kali lebih baik untuk menahan panas.

Artinya, gas metana dapat menyebabkan pemanasan global 85 kali lebih cepat dari gas karbon dioksida yang biasanya dituduh sebagai sebab utama perubahan iklim atau climate change.

Baca Juga: Bagaimana Tanggapan Buya Yahya Perihal Takbir Keliling yang dilakukan Oleh Masyarakat? Simak Penjelasannya

Penelitian yang dilakukan pada 2022 juga mengonfirmasi bahwa gas metana memiliki potensi pemanasan global yang lebih tinggi dalam jumlah yang sama dibandingkan gas karbon dioksida.

Sementara itu, perhitungan gas metana yang diproduksi dari peternakan atau budi daya sapi menunjukan bahwa peneliti selama ini luput dalam mempertimbangkan peran kentut sapi.

Berdasarkan laporan pada 2017, penelitian gabungan Departemen Pertanian Amerika Serikat, Joint Global Change Institute, dan Departemen Energi Amerika Serikat menunjukan bahwa angka-angka sebelumnya, yang menjadi dasar untuk Panel Global tentang Perubahan Iklim 2006, turun sebesar 11 persen.

Baca Juga: Penjelasan Ustadz Adi Hidayat Tentang Ciri-Ciri Orang yang Mendapatkan Keutamaan Lailatul Qadar

Hal itu juga diketahui dari Studi yang didanai NASA di jurnal Carbon Balance and Management.

Studi tersebut dipimpin oleh ahli fisiologi tanaman USDA Julie Wolf yang melihat data-data sebelumnya. Mereka menyadari bahwa beberapa data berasal dari beberapa dekade lalu, yang berarti tidak memperhitungkan perubahan pembudidayaan lahan dan hewan.

"Di banyak wilayah di dunia, jumlah ternak berubah, dan pembudidayaan telah menghasilkan jumlah hewan yang lebih besar dengan asupan makanan yang lebih tinggi. Ini, bersama dengan perubahan dalam manajemen peternakan, dapat menyebabkan emisi metana yang lebih tinggi," kata Wolf seperti dikutip dari Forbes oleh Pikiran-rakyat.com.

Baca Juga: Kultum 10 Terakhir di Penghujung bulan suci Ramadhan Tentang Fase-Fase yang Dilalui Oleh Umat

Jumlah peternakan sapi yang memproduksi gas metana dituding jadi salah satu penyebab utama perubahan iklim atau climate change.***(Ikbal Tawakal/PortalJember)

Editor: Solehoddin


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini