Melempar Jumrah dan Hikmah Dibalik Melempar Jumrah

- 11 Juli 2022, 20:47 WIB
Melempar Jumrah dan Hikmah Dibalik Melempar Jumrah /
Melempar Jumrah dan Hikmah Dibalik Melempar Jumrah / /mfk / pixabay/

BeritaSampang.com - Para jemaah haji melemparkan batu-batu kecil ke tiga tiang yang berada dalam satu tempat bernama kompleks Jembatan Jumrah, di kota Mina yang terletak sebelah timur Mekkah.

Para jemaah mengumpulkan batu-batuan tersebut dari tanah di hamparan Muzdalifah dan meleparkannya.

Kegiatan ini adalah kegiatan kesembilan dalam rangkaian kegiatan-kegiatan ritual yang harus dilakukan pada saat melaksanakan ibadah haji, dan umumnya menarik jumlah peserta yang sangat besar (mencapai lebih dari sejuta jemaah).

Baca Juga: Hukum-hukum yang Berkaitan dengan Melempar Jumroh

Ini adalah pemeragaan simbolis haji Nabi Ibrahim, dimana dia melemparkan batu ke tiga tiang yang merepresentasikan godaan untuk tidak mematuhi Allah.

Seperti dilansir BeritaSampang.com dari Bekal Haji dan Umroh berjudul, " Melempar Jumroh"

Melempar Jamarot dan Hikmahnya adalah sebagai berikut:

Pertama : Untuk mengingat Allah

Allah berfirman :

Baca Juga: Melempar 3 Jumrah di Hari Tasyrik

وَاذْكُرُواْ اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَّعْدُودَاتٍ

Dan berdzikirlah (dengan mengingat) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. (QS Al-Baqoroh 203)

Hari-hari berbilang tersebut adalah hari-hari tasyriq (lihat tafsir At-Thobari 3/549-553). Allah memerintahkan untuk berdzikir kepada Allah di hari-hari tersebut. Diantaranya adalah berdzikir kepada Allah dengan melempar jamarot. Karenanya setelah itu berfirman :

فَمَنْ تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَى

“Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang yang bertakwa” (QS Al-Baqoroh : 203)

Baca Juga: Jamaah Haji Mabit di Mina di Malam Hari-hari Tasyrik

Ini menunjukan bahwa melempar jamarot dalam rangka berdzikir kepada Allah, didukung oleh hadits yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu álaihi wasallam

إِنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ وَبَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَرَمْيُ الْجِمَارِ لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ

“Hanyalah disyariátkan thowaf di ka’bah dan saí antara shofa dan marwah serta melempar kerikil (jamarot) adalah untuk menegakan dzikir kepada Allah”

Karenanya tatkala seseorang melempar setiap kerikil disyariátkan untuk bertakbir sebagai bentuk pengagungan terhadap Allah.

Kedua : Meneladani Ibrahim álaihis salam dalam memusuhi dan tidak mentaati syaitan

Ibnu Ábbas meriwayatkan secara marfu’ :

Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Tentang Takbir Muqoyyad dan Takbir Mutlak

«لَمَّا أَتَى إِبْرَاهِيمُ خَلِيلُ اللَّهِ الْمَنَاسِكَ عَرَضَ لَهُ الشَّيْطَانُ عِنْدَ جَمْرَةِ الْعَقَبَةِ فَرَمَاهُ بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ حَتَّى سَاخَ فِي الْأَرْضِ، ثُمَّ عَرَضَ لَهُ عِنْدَ الْجَمْرَةِ الثَّانِيَةِ فَرَمَاهُ بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ حَتَّى سَاخَ فِي الْأَرْضِ، ثُمَّ عَرَضَ لَهُ عِنْدِ الْجَمْرَةِ الثَّالِثَةِ فَرَمَاهُ بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ حَتَّى سَاخَ فِي الْأَرْضِ»

“Ketika Ibrahim kekasih Allah mendatangi manasik maka syaitan muncul menghadanginya/menggodanya di jamrotul Áqobah, maka Ibrahimpun melemparnya dengan tujuh kerikil hingga syaitan pun tenggelam ke bumi.

Lalu syaitan pun menggodanya di jamarot yang kedua maka Ibrahimpun melemparnya dengan tujuh kerikil hingga hilang di telan bumi, lalu syaitan muncul dan menggoda beliau di jamroh yang ketiga, maka Ibrahimpun melemparnya dengan tujuh kerikil hingga menghilang di telan bumi”.

Ibnu Ábbas berkata:

الشَّيْطَانَ تَرْجُمُونِ وَمِلَّةَ أَبِيكُمْ تَتَّبِعُونَ

“Kalian melempar syaitan dan kalian mengikuti agama ayah kalian (Ibrahim)”. (HR Al-Hakim no 1713 dan al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubro 9693 dan dishahihkan oleh Al-Hakim dan Al-Albani dalam Shahih At-Trghiib no 1156)

Al-Ghozali berkata, “Adapun melempar jamarot maka jadikanlah tujuannya adalah untuk tunduk kepada perintah Allah dengan menampakan penghambaan dan membudakan diri kepadaNya, yaitu dengan semangat bangkit menjalankan perintahnya meskipun tidak memahami dan tidak keuntungan bagi jiwa.

Baca Juga: Arawinda Kirana Pemain Film Yuni Diduga Menjadi Pelakor, Saudara Istri Sah: Sudah Terjadi Hubungan Badan

Lalu niatkan untuk meniru Nabi Ibrahim álaihis salam dimana beliau digoda oleh Iblis -yang dilaknat oleh Allah- di lokasi tersebut untuk memasukan syubhat kepada beliau atau untuk menjerumuskan beliau dalam kemaksiatan.

Maka Allah memerintah beliau untuk melemparnya dengan batu untuk mengusirnya dan memutuskan harapannya.

Jika terbetik dalam benakmu bahwasanya syaitan memang menggoda Ibrahim dan disaksikan oleh Ibrahim maka Ibrahim pun melemparnya.

Adapun aku maka syaitan tidak muncul menggodaku, maka ketahuilah bahwa pikiran ini dari syaitan.

Dialah yang telah melemparkan pemikiran itu kepada hatimu agar engkau jadi malas melempar, dan ia mengkhayalkan kepadamu bahwa melempar jamarot adalah perbuatan yang tidak ada faidahnya dan hanya mirip dengan permainan belaka.

Maka cueklah darinya dan buanglah pemikiran tersebut dari dirimu dengan serius dan semangat dalam melempar sehingga menjengkelkan syaitan.

Baca Juga: Alasan Jokowi Minta Kembali Pakai Masker Di Dalam dan Luar Ruangan

Ketahulilah sesungguhnya engkau meskipun secara dzhohir sedang melempar kerikil ke jamarot namun pada hakikatnya engkau sedang melempar wajah syaitan, dan engkau mematahkan pundaknya. Karena tidaklah menjadikan syaitan jengkel kecuali jika engkau menjalankan perintah Allah sebagai bentuk pengagungan kepada Allah dengan menjalankan perintahNya meskipun tidak ada manfaat bagi jiwa dan tidak bisa dipahami” (Ihyaa’ Úluum ad-Diin 1/270)

Asy-Syingqithi berkata, “Seakan-akan melempar jamarot merupakan lambang dan isyarat permusuhan kepada syaitan yang Allah telah memerintahkan kita untuk memusuhinya dalam firmanNya:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا

Sesungguhnya syaitan adalah musuh kalian, maka jadikanlah ia sebagai musuh” (QS Fathir : 6), dan juga dalam firmanNya -yang mengingkari orang-orang yang berwala kepada syaitan

أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ

“Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu?” (QS al-Kahfi : 50). Dan sebagaimana diketahui bahwasanya melempar dengan batu termasuk bentuk yang paling besar yang menunjukan akan permusuhan” (Adwaaul Bayaan 4/479-480).

Semoga bermanfaat. ***

Editor: Nurul Azizah

Sumber: Bekal haji dan umroh


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x