Penjelasan Tentang I'tikaf di Bulan Ramadhan dalam Hadits Nabi SAW

- 24 Mei 2022, 20:44 WIB
Penjelasan Hadits Nabi SAW tentang Iktikaf di bulan Ramadhan
Penjelasan Hadits Nabi SAW tentang Iktikaf di bulan Ramadhan /Dok. Istimewa

BeritaSampang.com - I'tikaf adalah berdiam di masjid dengan niat yang telah ditentukan dalam islam.
 
Niatnya bisa seperti ini, Nawaitu an I'tikafa fi hadzal masjidi sunnatal lillaahi ta'ala.
 
 Artinya: “ Saya niat berdiam diri di dalam masjid, sunah karena Allah ta'ala”
 
I'tikaf merupakan salah satu amalan mulia di bulan Ramadhan sebagai bentuk ibadah.
 
 
عن أبي هريرة رضي اللَّه عنه قال، 
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ عَشْرَةَ أَيَّامٍ ، فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِى قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا
 
Dari Abu hurairah radhiyallahu anhu berkata :
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tikaf selama dua puluh hari”. HR. Bukhari no. 2044.
 
Pelajaran yang terdapat didalam hadits :
 
1- I’tikaf secara bahasa berarti menetap pada sesuatu. Sedangkan secara syar’i, i’tikaf berarti menetap di masjid dengan tata cara yang khusus disertai dengan niat.
 
2- Para ulama sepakat bahwa i’tikaf itu sunnah, bukan wajib kecuali jika seseorang mewajibkan bagi dirinya bernadzar untuk melaksanakan i’tikaf.
 
 
3- Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dengan tujuan untuk mendapatkan malam lailatul qadar, untuk menghilangkan dari segala kesibukan dunia, sehingga mudah bermunajat dengan Rabbnya, banyak berdo’a dan banyak berzikir waktu itu.
 
4- Waktu i’tikaf yang lebih afdhol adalah di akhir-akhir ramadhan (10 hari terakhir bulan Ramadhan) sebagaimana hadits ‘Aisyah, ia berkata,
 
أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
 
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian beliau.”
[HR. Bukhari no. 2026 dan  Muslim no. 1172]
 
 
5- Menurut mayoritas ulama, i’tikaf tidak ada batasan waktu minimalnya, artinya boleh cuma sesaat di malam atau di siang hari. AlMardawi rahimahullah mengatakan,
 
 “Waktu minimal dikatakan i’tikaf pada i’tikaf yang sunnah atau i’tikaf yang mutlak adalah selama disebut berdiam di masjid (walaupun hanya sesaat).”
 
Tema hadits yang berkaitan dengan Al qur'an :
 
- Demikian juga dikarenakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam begitu juga istri-istri beliau melakukannya di masjid, dan tidak pernah di rumah sama sekali.Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Para ulama sepakat bahwa disyaratkan melakukan i’tikaf di masjid.” Termasuk wanita, ia boleh melakukan i’tikaf sebagaimana laki-laki, tidak sah jika dilakukan selain di masjid.
 
وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
 
“(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka sedang kamu beri’tikaf dalam masjid”(QS. Al Baqarah: 187).***

Editor: Solehoddin

Sumber: Kitab Hadits Shahih Bukhari


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini