Surat Al Maidah Ayat 54 Lengkap dengan Terjemah dan Tafsir

- 6 Juli 2022, 10:40 WIB
Tafsir Al Maidah ayat 54
Tafsir Al Maidah ayat 54 /unsplash/Ali Burhan


BeritaSampang.com - Surat Al Maidah ayat 54 berisi tentang sifat yang dikaruniai Allah kepada orang Mukmin.

Surat  Al Maidah adalah surat ke-5 dalam Al Qur'an yang terdiri dari 120 surat. Surat ini tergolong dalam surat Madaniyyah dan terletak dalam Al Qur'an juz 6 sampai juz 7.

Surat ini dinamakan Al Maidah (hidangan) karena memuat kisah para pengikut setia nabi Isa yang meminta kepada nabi Isa agar Allah menurunkan Al Maidah (hidangan makanan) dari langit untuk mereka.
 
Baca Juga: Surat Al Maidah Ayat 53 Lengkap dengan Terjemah dan Tafsir

Surat Al Maidah juga disebut Al-Uqud (perjanjian), karena kata itu terdapat pada ayat pertama surah ini, di mana Allah menyuruh agar hamba-hamba-Nya memenuhi janji terhadap Allah maupun perjanjian-perjanjian yang mereka buat terhadap sesamanya.

Surat ini juga dinamakan Al-Munqidz (yang menyelamatkan), sebab pada bagian akhir surah ini memuat kesaksian Isa Al-Masih terhadap kaum pengikutnya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam surat Al Maidah ayat 54 :

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَنْ يَّرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْـنِهٖ فَسَوْفَ يَأْتِى اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗۤ ۙ اَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ ۖ يُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَا فُوْنَ لَوْمَةَ لَآئِمٍ ۗ ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَا للّٰهُ وَا سِعٌ عَلِيْمٌ

Arab-Latin:
Yaaa ayyuhallaziina aamanuu may yartadda mingkum 'ang diinihii fa saufa ya-tillaahu biqoumiy yuhibbuhum wa yuhibbuunahuuu azillatin 'alal-mu-miniina a'izzatin 'alal-kaafiriina yujaahiduuna fii sabiilillaahi wa laa yakhoofuuna laumata laaa-im, zaalika fadhlullohi yu-tiihi may yasyaaa, wallohu waasi'un 'aliim.

Terjemah:
"Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui." (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 54).
 
Baca Juga: Kemenag Lebak Pastikan Jamaah Calon Haji Sehat dan Siap Laksanakan Wukuf

Tafsir Ringkas Kemenag:
Dalam ayat ini terkandung berita tentang tantangan yang akan terjadi, yaitu akan murtadnya sebagian orang mukmin. Mereka akan keluar dari Islam dengan terang-terangan. 

Keluarnya mereka dari Islam, tidak akan membahayakan orang mukmin, tetapi sebaliknya yang akan terjadi, yaitu Allah akan menggantinya dengan orang-orang yang lebih kuat imannya dan perbuatan baik sebagai pengganti mereka yang murtad itu. 

Menurut riwayat Ibnu Jarir dari Qatadah, diberitahukan bahwa setelah ayat ini diturunkan, beberapa kelompok manusia akan murtad, keluar dari agama Islam. 

Peristiwa itu kemudian benar-benar terjadi, ketika Nabi Muhammad saw. berpulang ke rahmatullah.

Murtadlah sebagian orang Islam, gabungan dari tiga tempat, yaitu penduduk Medinah, penduduk Mekah dan penduduk Bahrain. 

Di antara tanda-tanda murtad mereka adalah bahwa mereka tidak mau lagi mengeluarkan zakat. Mereka mengatakan: “Kami akan tetap salat, tetapi kami tidak mau mengeluarkan zakat. Demi Allah, harta kami tidak boleh dirampas.” 

Maka Khalifah Abu Bakar ketika terpaksa mengambil tindakan keras. Orang-orang yang murtad itu diperangi, sehingga di antara mereka ada yang mati, ada yang terbakar dan ada pula yang ditangkap, dan akhirnya mereka kembali membantu membayar zakat. Peristiwa terjadinya kemurtadan ini banyak sekali. 

Di dalam sejarah disebutkan bahwa pada masa Nabi Muhammad saw. masih hidup telah terjadi tiga kali peristiwa murtad, yaitu:

1. Golongan Bani Ma'arij yang dipelopori oleh Zulkhimar, yaitu al-Aswad al-'Ansi seorang tukang tenung. Dia mengaku sebagai nabi di Yaman, dia dibunuh oleh salah seorang dari Muslimin.

2. Golongan Bani Hanifah, yaitu Musailimah al-Kattab, Musailimah mengaku dirinya sebagai nabi. Dia pernah berkirim surat kepada Nabi Muhammad saw. mengajak beliau untuk membagi dua kekuasaan di negeri Arab. Dia memerintah negeri dan Nabi Muhammad saw. memerintah sisa. 

Nabi Muhammad saw. membalas suratnya dengan mengatakan bahwa bumi ini adalah kepunyaan Allah dan Allah akan mempusakakan bumi ini kepada siapa pun yang berharap di antara hamba-Nya dan bahwa kemenangan terakhir akan berada pada orang yang bertakwa kepada-Nya. Akhirnya Musailimah diperangi oleh Khalifah Abu Bakar dan dibunuh oleh Wahsyi yang dulu pernah membunuh Hamzah, paman Nabi dalam Perang Uhud. 

3. Golongan Bani Asad, pemimpinnya bernama Thulaihah bin Khuwailid, dia juga mengaku dirinya menjadi nabi, maka Abu Bakar memeranginya dengan memerintahkan Khalid bin Walid untuk membunuhnya. Dia mundur dan lari ke negeri Syam dan akhirnya dia kembali menjadi seorang Muslim yang baik. 

Sesudah Nabi Muhammad saw. meninggal, pada masa Khalifah Abu Bakar, banyak terjadi golongan-golongan yang murtad terdiri dari 7 golongan, yaitu: (1) Gatafan, (2) Khuza'ah, (3) Bani Sulaim, (4) Bani Yarb' , (5) sebagian Bani Tamim, (6) Kindah, dan (7) Bani Bakr.

Orang-orang yang menggantikan orang-orang murtad itu selalu mengatakan kebenaran dan membantu perjuangan Islam, ditandai oleh Allah dengan enam sifat yang penting, yaitu, Allah mencintai mereka, karena keyakinan  mereka dalam berjuang. 

Mereka cinta kepada Allah, perintah Allah lebih dari urusan-urusan yang lain. Mereka bersikap lemah lembut terhadap orang mukmin. Mereka keras dan tegas terhadap orang kafir. 

Mereka Berjihad fi sablillah, yaitu bersungguh-sungguh dalam menyatakan agama Allah, mau berkorban dengan harta dan dirinya dan tidak takut menghadapi musuh agama.

Mereka tidak takut terhadap cacian dan celaan, tidak takut terhadap gertakan dan ancaman. Sebab mereka dalam beramal, berjuang, bukan mencari pujian dan sanjungan, bukan juga mencari pangkat dan kedudukan dan bukan pula mencari nama dan pengaruh. Yang mereka cari hanyalah keridaan Allah semata.

Sifat-sifat yang di atas adalah karunia Allah kepada hamba-Nya. Dengan sifat-sifat itulah derajat seseorang menjadi tinggi dan mulia di hadapan manusia, dan lebih-lebih di hadapan Allah yang memiliki karunia yang besar. Semuanya itu dapat diperoleh dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah serta memperbanyak ibadah dan syukur.***
 

Editor: Imron Basuki Rahmat

Sumber: Kemenag


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x