Bahaya Tubekulosis atau TBC bagi Kesehatan Tubuh Manusia

- 27 Maret 2022, 21:00 WIB
Bahaya Tubekulosis atau TBC bagi Kesehatan Tubuh Manusia
Bahaya Tubekulosis atau TBC bagi Kesehatan Tubuh Manusia /Solehoddin /

 

BeritaSampang.com - Penyakit TB atau Toberkulosis menjadi momok ketakutan bagi masyarakt Indonesia, apabila memilki gejala batuk haru segera bawa ke dokter.

Batuk yang mengarah pada Tuberkulosis atau TB itu batuk selama 14 hari dan menurut Partnership Indonesia (STPI) Henry Diatmo mengalami kemorosotan.

Menurutnya hal itu lantaran fenomena datangnya penyakit covid-19, lalu bagaimana penjelasan rincinya dengan hal terebut?

Baca Juga: Tata Cara Sujud yang Baik dan Benar untuk Para Wanita yang Menggunakan Mukena, Penjelasan Buya Yahya

Seperti dilansir BeritaSampang.com dari PikiranRakyat.com berjudul, "TBC Masih Mengancam, 14 Hari Batuk Tak Berhenti Segera Periksa Dokter"

"Selain Covid-19, kesehatan masyarakat Indonesia masih terbebani dengan penyakit menular seperti TB yang sudah ada sejak lama. Upaya mempromosikan penyakit ini pun harus mengadopsi cara-cara baru untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa tuberkulosis masih ada di sekitar kita," katanya dalam keterangan pers, Senin 21 Februari 2022.

Baca Juga: Anda Sedang Ditimpa Musibah? Inilah 4 Solusi dari Ustadz Adi Hidayat

Data World Health Organization menyebutkan bila pasien TBC di Indonesia sebanyak 824.000 jiwa. Jumlah itu membuat posisi Indonesia termasuk tiga besar negara dalam kasus tuberkulosis.

Menurutnya, tuberkulosis bukan batuk biasa. Bila penderitanya mengalami gejala batuk lebih dari 14 hari, maka sudah waktunya periksa ke dokter.

Mengenai hal ini, ia mengatakan, STPI tengah gencar melakukan kampanye mengenai skrining mandiri tuberkulosis. Hal itu sebagaimana yang diamanatkan juga dalam Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.

Baca Juga: Tanya Buya Yahya Tentang Bolehkah Menikah di Bulan Suci Ramadhan?

Skrining tuberkulosis mandiri

Henry mengatakan, salah satu kampanye yang tengah dilakukan untuk membuat masyarakat lebih peka mengenai tuberkulosis adalah skrining gejala aktif tuberkulosis secara mandiri dengan mengingat #14CekTBC. Artinya, jika selama 14 hari batuk tak kunjung reda, maka sudah saatnya periksa kesehatan ke dokter.

Ia menambahkan, kampanye ini juga dilengkapi dengan berbagai artikel kesehatan yang bisa diakses di website Stop TB Partnership Indonesia.

Kampanye tersebut telah didukung pula oleh deretan fitur supaya menjangkau masyarakat luas, seperti Chatbot yang segera bisa diakses dari website dan Whatsapp.

Baca Juga: Mengharap Duniawi dalam Bershalawat, Penjelasan Ust Adi Hidayat

Menurutnya, fitur-fitur tersebut bisa membantu masyarakat mendapatkan panduan identifikasi tuberkulosis sejak dini, mengetahui lokasi fasilitas kesehatan terdekat untuk melakukan pemeriksaan di layanan dengan fasilitas diagnosis, sampai berbicara langsung dengan dokter melalui rekanan e-health platform.

Fitur lainnya adalah fitur Pengingat 141CekTBC dimana fitur ini diharapkan bisa membantu masyarakat lebih cepat tanggap terhadap gejala Tuberkulosis dengan memasang pengingat tentang lamanya gejala batuk muncul hingga hari keempat belas.

"Pendekatan persuasif kampanye ini diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan, pandangan, dan sikap orang-orang dengan gejala tuberkulosis untuk mengakses layanan dengan fasilitas diagnosis TB di masa pandemi. Dengan begitu, mereka yang memiliki gejala TB bisa mendapatkan diagnosis yang tepat serta pengobatan yang sesuai standar sampai sembuh," tuturnya.

Baca Juga: Jawablah Ketika Adzan Berkumandang Karena Ada Rahasia Istimewa Dibalik Itu Semua, Penjelasan Syekh Ali Jaber

Menurutnya, membangun kesadaran adalah hal fundamental untuk mengubah pandangan dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap penyakit tuberkulosis.

Terlebih sejak munculnya Covid-19 karena kedua penyakit ini menular melalui udara dan menunjukan gejala serupa yaitu batuk dan demam.

"Oleh karena itu, kampanye promosi kesehatan tentang penyakit TBC menjadi semakin penting di masa pandemi ini," ujarnya.

Baca Juga: Tips Jitu Agar Cepat Move On Ala Ustadz Abdul Somad, Simak Baik-Baik

Stigmatisasi Tuberkulosis

Sebelumnya, penanggulangan tuberkulosis kompleks karena tidak sekadar pengobatan saja, namun juga terkait dengan persoalan psikososial, seperti stigmatisasi dan diskriminasi.

Tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tengah meneliti persoalan psikososial pasien TB ini dalam rentang waktu Februari sampai November 2022.

Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI, Retno Asti Werdhani, mengatakan, dampak stigma TB dapat membuat pasien menghindari pemeriksaan serta menyembunyikan status penyakitnya.

Baca Juga: Iman Kepada Allah Swt., Tidak Hanya Mendapatkan Kebahagian di Dunia Tapi Juga di Akhirat, Ust Abdul Somad

Pandangan yang keliru pada masyarakat bisa menimbulkan keengganan seseorang untuk mencari pertolongan.

"Sehingga ia bisa menjadi agen penularan," tuturnya dalam webinar bertajuk Kick-off Penelitian Menilai dan Mengatasi Dampak Psikososial Tuberkulosis di Indonesia, beberapa waktu lalu.

Ia menambahkan, stigma dan diskriminasi TB terkait juga dengan penyampaian informasi. Dengan demikian, upaya menanggulanginya bisa dilakukan dengan media informasi yang efektif bagi masyarakat.***(Rahmi Nurfajriani/PikiranRakyat)

Editor: Solehoddin


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah