c. Menebus Kewajiban Puasa
Puasa merupakan ibadah badaniyah mahdah (murni); yang tidak disepakati oleh Ulama Figh tentang kebolehannya ditebus oleh orang hidup untuk mayat.
1) Imam Syafi'i dalam Qaulul Qadimnya dan Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan: dimustahabkan kepada ahli warisnya menebus puasa yang telah ditinggalkan mayat, baikpuasa fardhu maupun nadzar.
2) Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Syafi'i dalam Qaulul Jadid mengatakan: Tidak boleh menebus puasa untuk mayat.
Karena puasa itu merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak dapat digantikan oleh orang lain.
Bagi orang yang tidak sanggup berpuasa, maka ia harus memberi makan kepa da fakir miskin (berfidyah) dengan secupak beras atau gandum dalam setiap hari.
Baca Juga: Alasan Terkait Kebolehan Membedah Mayat dalam Islam
Maka apabila ahli waris hendak menebus puasa yang ditinggal mayat, ia harus menebusnya dengan cara berfidiyah.
3). Imam Ishaq dan Imam Al-Laith mengatakan: tidak boleh me nebus puasa fardu yang telah ditinggalkan mayat kecuali hanya puasa nadzar saja.
Penulis menetapkan bahwa boleh menebus puasa yang di tinggalkan mayat; baik yang fardhu, sunat maupun yang telah di nadzarkan, sebagaimana pendapat Al-Syaukany di muka.
Artikel Rekomendasi